Masalah
pengangguran menjadi masalah yang cukup pelik, masalah yang sampai saat ini
masih menjadi akar segala masalah di Negara kita adalah kemiskinan, dan salah
satu faktor besar kemiskinan adalah tingginya angka pengangguran. Pengangguran
ini bukan masalah disatu wilayah atau satu privinsi saja, tapi Indonesia.
Setiap tahun angka pengangguran bertambah seiring dengan bertambahnya angka
kelulusan di lembaga pendidikan. Hal ini tidak bisa dianggap remeh, sebab dari
sinilah bisa muncul berbagai macam masalah lain di masyarakat. Tidak heran jika
generasi muda kita banyak yang berkoar-koar tentang ketidakbecusan pemerintah
dalam menekan angka pengangguran. Tapi jika kita melihat lebih jauh ke dalam,
apakah bijak jika pemerintah menjadi satu-satunya kambing hitam dalam
permasalahan ini? Kesalahan terdapat pada semua. Kenapa saya bilang sepeti ini?
Ini karena masyarakat dan pemerintah kita tidak ada yang mau
disalahkan,pemerintah menyalahkan masyarakat,dan masyarakat menyalahkan
pemerintah, semua saling tunjuk. Cara mengatasi pengangguran tidaklah mudah,
butuh kerja sama antara pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Pola Pikir
Angka
pengangguran kita yang selangit adalah terbentuk dari pola pikir masyarakat yang
salah. Tidak perlu kita adakan sensus atau voting besar-besaran, lihat saja
disekitar anda. Berapa persen kerabat dan teman-teman anda yang sedang mencari
pekerjaan? Dan berapa persen yang sedang dalam proses menciptakan lapangan
pekerjaan? Lalu kenapa hampir semua orang cenderung bersekolah tinggi-tinggi
hanya untuk nanti memasukkan dirinya dalam antrian panjang di lapangan
pekerjaan yang semakin sempit? Pola pikir! Itulah letak masalahnya. Ketika
semua orang telah dikendalikan oleh pola pikir bahwa bekerja di perusahaan
orang lain adalah standar kesuksesan. Dimana bekerja di perusahaan orang lain
lebih memiliki harkat yang baik di mata masyarakat daripada memiliki usaha
sendiri. Dimana titel atau gelar di belakang nama anda adalah hal yang lebih
dipandang atau dihormati oleh masyarakat daripada karya yang anda ciptakan
untuk kemaslahatan masyarakat bahkan dunia.
Karena
tuntutan itu, maka fungsi sekolah pun kini telah berubah yang tadinya untuk
menuntut ilmu, kemudian menjadi sekolah sebagai persyaratan untuk melamar
pekerjaan. Muncullah sebuah generasi yang minim akan potensi atau keterampilan,
muncullah budaya suap-menyuap dalam penerimaan CPNS, bahkan muncul pula
universitas berskreditasi tinggi menjejalkan ijasah sebagai barang dagangan,
dan lain sebagainya. Jadi secara garis besar, permasalahan pengangguran ini
berbentuk sebuah siklus setan seperti ini: minimnya lapangan pekerjaan karena
kurangnya SDM yang menciptakan lapangan pekerjaan, kurangnya SDM yang
menciptakan lapangan pekerjaan karena kurangnnya SDM yang mempunyai potensi,
kurangnnya SDM yang mempunyai potensi karena pola pikir masyarakat tradisional,
adanya pola pikir masyarakat tradisional karena buruknya sistem pendidikan
Indonesia, buruknya system pendidikan Indonesia karena kemiskinan, dan kemiskinan
dikarenakan minimnya lapangan pekerjaan.
Setiap kali
siklus ini terjadi, satu generasi bangsa dikorbankan. Sebanarnya banyak cara
untuk bias meminimalisir angka pengangguran dengan cara memotong siklus setan
di atas, tapi tidak hanya menyalahkan pemerintah tanpa dimulai dari pola pikir
anda sendiri sebagai anak bangsa. Maka maksimalkanlah potensi kita. Menganggur
mengakibatkan seseotang tidak memiliki penghasilan yang akan memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Tak hanya itu, masih cukup banyak akibat pengangguran
yang harus segara diatasi. Ada saja orang yang berpikir bahwa saya memiliki
uang, untuk apa saya bekerja. Walaupun awalnya memiliki banyak uang, orang yang
menganggur dalam waktu lama tentu akan menjadi miskin secara perlahan-lahan.
Dari kemiskinan tersebut, akan timbul masalah lain seperti tindak kriminal yang
semakin banyak, meningkatnya jumlah pengemis atau gelandangan.secara individu
juga orang yang menganggur akan stress dan depresi karena tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidup dan dikucilkan oleh masyarakat karena ia seorang pangangguran.
Panyebab atau
faktor lainnya adalah kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat dan
menimbulkan pengangguran baru, seperti kebijakan impor beras, bahkan yang
terbaru adalah pemerintah menandatangani perjanjian impor sayur-mayur dengan
Negara Cina. Ini membuat mata pencaharian para petani jadi hilang, sehingga
banyak petani yang menjadi miskin dan menganggur. Lalu banyaknya pembukaan industri
tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah menimbulkan pencemaran dan
mematikan lapangan pekerjaan yang sudah ada. Kemudian banyaknya tenaga kerja
wanita, jumlah ini terus meningkat tiap tahunnya sehingga mengakibatkan
persaingan dengan para pencari kerja laki-laki. Mengapa banyak perusahaan
banyak merekrut wanita sebagai pegawai, itu karena wanita mudah diatur dan
tidak banyak menuntut termasuk masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya
pengangguran dipihak laki-laki.
Faktor
kemalasan individu. Pengangguran yang berasal dari kemalasan sebenarnya
sedikit. Namun dalam sistem meterialis dan sekularis, banyak yang mendorong
masyarakat menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau
bahkan mudah menyerah hingga maraknya perjudian. Faktor cacat atau uzur,dalam
sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu tidak
ada tempat bagi mereka yang cacat atau uzur untuk mendapatkan pekerjaan.
Disamping
dibutuhkannya peran dari pemerintah, pihak yang ikut berperan penting dalam
mengatasi masalah pengangguran adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM
merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok
orang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum yang tanpa
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. LSM memperjuangkan
hak-hak masyarakat, memberdayakan masyarakat agar tercapai kesejahteraan
masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial. Di sinilah LSM mempunyai arti
penting dalam memperjuangkan para
penganggur untuk mencapai tingkat hidup dan ekonomi yang layak.
Untuk
menghindari dampak pengangguran di atas, diperlukan beberapa cara untuk
mengatasi pengangguran. Beberapa langkah yang yang bias dilakukan untuk
mengatasi masalah sosial ini diantaranya adalah pemerintah harus bisa
mengadakan pendidikan secara gratis kepada masyarakat yang kurang mampu,. Salah
satu menyebab pengangguran adalah mahal dan rendahnya tingkat pendidikan.
Sehingga ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan.
Pemerintah sebaiknya menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak sehingga
dapat membantu untuk mengurangi tingkat pengangguran. Tak hanya pemerintah,
masyarakat pun dihimbau untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang
lain dengan berwirausaha misalnya, supaya tidak lagi tergantung sebagai pencari
kerja, khususnya pada lulusan universitas. Mereka harus dididik untuk menjadi
seorang penyedia lapangan kerja dan berani untuk berwirausaha. Sebagai
antisipasi, pelajar perlu diberikan pendidikan non formal. Pendidikan non
formal bisa berupa keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi, serta
diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mampu menciptakan lapangan
pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar
pekerjaan. Sehingga jiwa wirausaha ini
bisa ditumbuhkan sejak dini.
Mendirikan
tempat-tempat pelatihan keterampilan, misalnya kursus menjahit, pelatihan
membuat kerajinan tangan, atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang didirikan
dibanyak daerah. Sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun bisa bekerja
dengan modal keterampilan yang sudah mereka miliki. Memberikan kredit kepada
masyarakat yang kurang mampu. Kredit tersebut diharapkan dapat membantu mereka
untuk mendirikan suatu usaha, misalnya Usaha Kecil Menengah (UKM) atau
sejenisnya.
Maka dari itu
kita sebagai individu harus introspeksi
diri, hilangkan sifat manja tidak mau repot, tidak mau ambil resiko,
kerja santai gaji terus naik. Jadikan diri kita mandiri dengan berwirausaha,
jangan takut gagal karena ingin main
aman, belajarlah dari kesuksesan atau keberhasilan orang lain, belajar dari
nagara lain yang telah mampu mengatasi permasalahan ini, ambil contoh yang baik
dan buang yang buruk. Masih ada waktu, masih ada kesempatan, belum terlambat,
mulailah dari diri sendiri, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar. Tidak
usah muluk-muluk merubah dunia, rubahlah diri kita sendiri maka dunia akan ikut
berubah.